Kamis, 24 September 2015

Cappadocia, The Land of Fairy Chimneys

Ini adalah bagian kedua dari perjalanan saya menjelajahi Turki pada bulan Januari 2015,
untuk bagian pertama bisa dibaca disini. Cappadocia, daerah ini sangat terkenal bagi para turis. Namun jika melihat di peta maka tidak akan ada nama Cappadocia. Kata Cappadocia memiliki arti "land of beautiful horses". Kawasan ini mencakup antara lain  Nevsehir, Goreme, dan Urgup. Di tiga daerah itulah turis banyak menginap, saya lebih memilih menginap di Goreme karena kabarnya letaknya dekat sekali dengan open air museum. Lanskap Cappadocia terkenal dengan formasi bebatuan yang berbentuk seperti fairy chimneys (cerobong). Daerah ini mengingatkan saya dengan film kartun Flinstones yang tinggal di rumah gua, disini hampir di setiap bebatuan besar tersebut ada pahatan berbentuk jendela dan pintu. Banyak diantara bebatuan tersebut sudah ditinggal oleh penghuninya dan banyak diantaranya yang disulap menjadi penginapan menawarkan sensasi tidur didalam gua bagi turis. 

Kesan pertama saat melangkahkan kaki di Goreme mengingatkan saya pada set film house of wax, sepi, tidak ada orang lalu lalang walau toko-toko kecil berjajar. Awalnya saya kira karena masih pagi tapi hingga siang pun masih saja sepi. Mungkin karena musim dingin jadi orang-orang lebih memilih tidak berseliweran di luar. Turun dari bis, langsung mencari letak hostel yang sudah dibooking. Sebenarnya kalau di peta hostel tersebut terlihat cukup dekat dengan terminal bis tapi berhubung arah yang membingungkan ditambah sangat jarang sekali orang yang bisa ditanya maka kami berputar-putar cukup lama. Sesampai di hostel memang belum jam check in, staf hostel menyarankan kami untuk berjalan-jalan dulu sebelum jam check in tiba dan menunggu kamar dibersihkan. Tapi karena kami sudah kelelahan sesudah perjalanan panjang, dan memang belum memiliki rencana apapun jadilah kami duduk manis saja di ruang makan yang juga sekaligus lobi. 



Entah karena kasihan atau sumpek liat kami duduk-duduk di ruang makan, 15 menit kemudian staf hostel menawari kami untuk check in saja di kamar yang sudah bersih, dan ternyata kamar yang kami dapat adalah triple room bukan double room seperti yang kami pesan. Begitu masuk kamar, girang sekali hati saya liat desain yang sangat cute dan kamar yang luas. Ahhhh salah satu wishlist saya untuk menginap di cave room sudah tercapai, Alhamdulillah.


Local Cave House

Terdapat banyak spot menarik yang dapat dikunjungi, tawaran tur dan aktivitas naik balon udara dari berbagai travel agent dengan harga yang bersaing. Saya memilih mengunjungi Open Air Museum dengan berjalan kaki dari hostel dan membayar 20 TL kemudian mengambil tawaran mengikuti green tour dari pihak hotel dengan membayar 120 TL sedangkan untuk naik balon udara terpaksa tidak saya lakukan mengingat sedang musim dingin dengan kondisi angin yang kurang bisa diprediksi. 
Open Air Museum
Tempat-tempat yang dikunjungi untuk Green Tour berjarak sangat jauh sehingga keputusan untuk mengikuti tur dirasa tepat. Jika mengikuti tur ini, awalnya peserta akan diajak singgah ke Pigeon Valley dimana kita bisa melihat jajaran bebatuan yang indah dan desa Goreme dari kejauhan, kemudian Selime Monastery yang merupakan bangunan gua yang dulunya adalah tempat biara tinggal. Untuk mencapai Selime Monastery ini kita harus mendaki  1 km, saya sampai kehabisan nafas untuk naik karena cuaca yang sangat dingin. Konon tempat inilah yang menjadi inspirasi salah satu scene dalam fim Stars Wars. Tempat selanjutnya yang disinggahi adalah Ilhara Valley yang mengharuskan kami berjalan sepanjang 7 km. Tidak kalah menarik, berikutnya peserta tur dibawa ke Derinkyu Underground City. Disini, peserta diajak menyusuri kota bawah tanah dan guide berusaha menghidupkan kembali suasana kota tersebut dengan menceritakan kebiasaan para warga bawah tanah di jaman dulu di tiap ruangan dan sejarah mengapa warga harus bersembunyi di tempat tersebut. Green tour ini dilakukan dari jam 10 pagi hingga pukul 6 sore.
Pigeon Valley
Selime Monastery
Ilhara Valley
Derinkyu Underground City
Subuh di Turki kala itu adalah jam 6.30 pagi dan pagi itu usai solat subuh saya berniat untuk menaiki bukit untuk melihat sunrise sekaligus balon udara. Tak apalah saya batal naik balon udara yang penting bisa menyaksikan dari kejauhan. Ahmed salah satu staf hotel menujukkan arah menuju bukit yang disebut Sunset Hill, di titik itu memang selain sunrise kita bisa menikmati sunset. Masih menggigil kedinginan dan beberapa kali hampir terpleset karena es yang membeku di jalan tidak menyurutkan langkah saya dan Amel untuk naik ke bukit tersebut. Dan hasilnya MasyaAllah, pemandangan perbukitan Cappadocia yang luar biasa dihiasi langit yang dipenuhi balon udara sungguh membuat kami tidak berhenti berdecak kagum dan bersyukur bisa diberi kesempatan mengunjungi daerah yang ribuan kilometer jauhnya dari kota asal kami.
Pemandangan Balon Udara Cappadocia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar